Senja di Bukit Silvia, Labuhan Bajo

Aku dan Koko di atas Silvia Hills.
Captured by: @permenkecut

Happpyyy!!!!
"Happy" adalah satu kata yang harus aku tulis sebelum mulai bercerita tentang perjalananku ke Labuhan Bajo di awal tahun 2020 ini. Dalam perjalanan ini, aku nggak pergi sendirian. Seperti biasa, setiap satu tahun sekali, keluargaku punya jadwal liburan bareng. Ini yang pengen aku terapkan juga di keluarga kecilku nanti (kalau udah punya keluarga :( wkwk). Family Trip kali ini adalah perjalanan yang sangat aku tunggu-tunggu. Aku mungkin udah nggak bisa tidur nyenyak sejak satu minggu sebelum berangkat. Mirip anak TK yang mau berangkat study tour ke amusement park ya? Hahaha.


Sebenarnya, kami sempat takut karna banyak yang bilang cuaca di Labuhan Bajo lagi nggak bagus di awal tahun. Teman-temanku yang kerja disana juga banyak yang nyuruh berangkat bulan Maret aja. Tapi, ijin dari bos udah terlanjur dikasih, tiket pesawat juga udah dibeli. Sayang kalau dibatalkan gitu aja. So, kami memutuskan “bismillah yo, mugo-mugo selamet".

Mama berfoto di salah satu photo spot yang ada di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali.

Berbekal bismillah, kami akhirnya sampai di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali. Kami mengambil flight paling pagi dari Denpasar ke Labuan Bajo. Direct flight dari Surabaya ke Labuan Bajo itu mahal banget, sekitar Rp. 1.7 juta-an, jauh lebih mahal kalau dibandingkan dengan rute DPS-LBJ yang cuma 300ribuan via AirAsia maskapai kebangganku! (Soale murahe nemen) Hahaha.

Kami sampai di Bandar Udara Komodo sekitar pukul 08.30 WITA. Bandaranya kecil banget. Kayak lebih gede Pasar Senen nggak sih daripada Bandara Komodo? Bercanda ding. Aku buka maps, mencari alamat hostel yang sebelumnya sudah menjadi incaran di Traveloka. Kami langsung jalan kaki sekitar 700 meter menuju hostel itu. DormeTree namanya, harga di Traveloka cuma Rp. 330ribu/malam untuk satu kamar berisi 2 bunkbeds (kasur susun) yang boleh diisi maksimal 4 orang. Hostel ini adalah hostel termurah se-traveloka untuk kapasitas 4 orang dalam satu kamar. Beruntungnya, pas sampai disana, Kak Onik si penjaga hostel bilang kalau sedang ada diskon. Jadi  kami cukup bayar Rp. 305 ribu aja per kamar per malamnya. So happy!


Lounge di Dorme Tree Hostel

Cuaca disini panas pwol. Angin juga nggak ada. Udah mirip dijemur di tengah Lumpur Lapindo deh. istirahat udah, sholat juga udah di jama'. Selanjutnya kami pergi di tengah siang bolong. Niatnya sih jalan-jalan, cari makan sekalian survei agen travel buat ikut Sailing Trip. Sebelumnya, aku udah bilang Kak Onik kalau mau sewa dua motor. Iya, Hostel ini menyediakan motor untuk disewakan. Yaa, motornya sih punya orang lokal yang lagi nggak dipakai, jadi disewain gitu.

Sewa motor satu hari Rp. 75 ribu. Tapi, karena kami sewa dari siang hari, jadi kami cukup bayar Rp. 50 ribu saja. Ya, jangan dibandingin sama pinjem motor tetangga dong, gratis dan tak tahu diri kalau itu mah. Hehehe. 
Waecicu Beach di siang bolong.
Captured by @permenkecut, retouched by @rikypranata.

Kokoku ngide, "Kita ke pantai Waecicu aja deh!". Padahal di google maps nggak ada tuh jalan ke pantai Waecicu, adanya Waecicu Beach Inn. Takutnya kita malah jalan ke Resort orang. Lha kok ternyata beneran! Waecicu ini bukan pantai untuk berenang. Jangankan berenang, mau main air di tepi pantai aja nggak bisa, apalagi tengah hari begini. Haduh! Pantai ini cocoknya buat bersandar di bahumu para kapal yang mau berlabuh ke resort ini. Eh, spa malah pantainya udah dibeli sama yang punya resort ya? Soalnya, gosip orang-orang disini, mereka ini hobinya jual beli pulau. Banyak pulau nggak berpenghuni disini udah dibeli sama resort-resort gitulo! Bahkan, Bapak kos temanku aja tiba-tiba punya duit milyaran karena abis jual pulau! Kita nih butiran Marimas diem aja di pojokan sambil rangkul dengkul yak! Huhu.
Pemandangan Ayana Beach Resort dari warkop kecil tempat aku berhenti.

Nggak menemukan sesuatu yang spesial di Waecicu, kami putar arah. Istirahat di warkop pinggir jalan. Warkop kecil ini tempatnya ada di samping Ayana Hotel. Kami makan beberapa jajan, beli pop mie, minum floridina dan Air Ruteng. Ruteng itu merek air mineral disini, nama daerah yang memproduksi air itu di NTT. Kalau kamu maniak aqua, kamu harus beli di swalayan dulu karena aksesnya terbatas, nggak semua tempat jual. Kalau aku sih, merek apa aja sikat! Bahkan aku lebih suka  minum air merek lokal. Jadi kerasa aja sih jalan-jalannya. Hehehe. 

Menjelang sunset, kami mampir ke Bukit Silvia dan Bukit Amelia yang ada di satu lokasi. Bukit Silvia jauh lebih tinggi. Treknya juga lebih kejam daripada Bukit Amelia. Mama Papaku juga naik loh sampai ke puncak! Yaaa alon-alon asal kelakon, lah. Setiap naik bukit, Mamaku pasti ngomel “Astaghfirullah, arek-arek iki. Makne wes tuwek ngene dijak penek an ae. Durhaka kabeh ancen!”. Terus papaku balas, “Lah yok opo, ancen duwene duwek ket pas tuwek, duline yo ket isok saiki kan palian”. Ngomel terus tapi sampe juga di puncak. Ckckckck. Menyenangkan loh jadi bagian dari keluarga yang membingungkan sekaligus menyenangkan ini.

Kami menikmati sunset di puncak bukit Silvia. Foto-foto, duduk, berdiri, menghabiskan segala gaya! Yaa walaupun yang di upload cuma satu foto, nggak apa-apa kali ya posenya banyak gaya, haha. Sumpah, Langit Labuhan bajo cantik parah! Aku sampek mau nangis. Walaupun hasil fotoku nggak bagus-bagus banget, tapi sumpah pemandangannya juara banget! I can’t describe how beautiful it is. 

Ada banyak kapal, mulai dari kapal nelayan, kapal pinishi dan kapal-kapal lainnya yang sandar di dekat dermaga kecil. Ada juga yang berhenti di tengah laut. Matahari yang mulai turun bikin suasananya jadi romantis banget. Langitnya berubah jadi oranye, syahdu. Pengen nyebut Subhanallah terus setiap kedipan mata. Bagus bangeeetttttt! Yang jelek cuma sifatku aja kayaknya :( wkwk maap.


Foto Keluarga di Bukit Silvia.
Captured by @permenkecut

Beruntungnya, ada Mas Vicky yang ikut ke Bukit Silvia. Mas Vicky ini kakak tingkatku di kampus, sekarang merantau ke Labuhan Bajo buat mulai bisnis travel Sailing Komodo. Dia ini juga fotografer loh! Ya walaupun sejujurnya aku lupa sama Mas Vicky, tapi ternyata dia masih inget sama aku. Terus dia cerita-cerita pas dulu kita pernah ketemu, katanya aku pernah sholat di kontrakan dan salah kiblat. Ajur! Mau terharu jadi batal. Nggak apa deh, tetap Alhamdulillah, soalnya kami jadi punya foto keluarga yang proper di Silvia. Terima kasih, Mas Vicky! Hehehe.

Setelah langit mulai gelap, kami semua turun dan pulang ke Dorme Tree untuk mandi, sholat dan makan Indomie di depan hostel. Capeeekkk! Udah nggak sanggup jalan jauh lagi buat cari makan Liburan bareng keluarga adalah hal yang sangat menyenangkan buat aku. Mas Vicky bilang, "keluargamu itu karakternya kucu ya, kalian itu saling berdebat yang nggak penting loh. Sadar nggak sih?" Ya sadar lah, masak aku pingsan. Nggak dipungkiri banget, mulai dari hal penting kayak Aqidah, sampek hal ter-nggak penting pwol semacam sandal jepit ini enaknya dibawa masing-masing atau dijadikan di satu tas aja kami ini berdebat. Tapi mamaku selalu bilang, "Kalau nggak ada yang di debatkan, keluarga itu nggak hidup Cha. Nggak usah dipikir nemen-nemen".

Ada banyak dinamika ya ternyata hidup ini. Kadang happy, kadang stress, sedih, pusing, tapi justru itu yang bikin nikmat, toh? Nggak berhenti bersyukur aja sih, dengan keadaan yang serba terbatas ini,  aku dikasih keluarga yang kuat sampai bisa terbang sejauh ini, dan mendaki setinggi ini buat lihat Sunset di Bukit Silvia Labuan Bajo. I'm feeling grateful!
Maap, kok jadi sering curhat gini ya aku? :(

Kalau kamu pengen berangkat tapi masih terhalang banyak hal, tak doakan bisa segera dikasih kesempatan buat kessana ya! Mau pergi sendiri atau sekeluarga, yang penting kamu happy dan selamat sampai tujuan! Apapun pilihannya, pokoknya berangkat ke Labuhan Bajoooo!!!

Komentar