Belajar Menenun di Kampung Tenun Sukarara

Belajar menenun di Desa Sukarara

Kepergian ke Lombok kali ini sebenarnya tanpa pertimbangan yang matang. Asal bunyi “gimana kalau ke Lombok aja?” dan kebetulan di balas “Loh, sembarang. Ayo wes!” Dua jam kemudian, berangkatlah kami sekeluarga menuju Lombok! Hahaha, dasar keluarga random.


Udah lama banget aku pengen punya dan pakai kain tenun ikat. Sayangnya, yang lebih sering dijual di online shop itu kain tenun cap, yang proses pembuatannya lebih mudah dari kain tenun ikat, dan hasilnya juga pasti beda dong. Akhirnya, aku kepikiran untuk beli langsung dari tempat asalnya. Mumpung di Lombok, jadi yaa sekalian dong! Hehehe.

Aku mulai cari informasi, kira-kira dimana aku bisa dapat kain tenun ikat yang nggak semahal di Desa Sade. Nggak lama, dari seorang teman bernama @rikatautin, aku dapat informasi kalau desa Sukarara (dibaca Sukerare) jual kain lebih murah dibanding Desa Sade. Terus, satu teman lainnya @nadrifta juga bilang hal yang sama. Sikaaaaat!

Besok paginya, di hari kamis, aku minta @aruldagul mengantar ke Kampug Tenun Sukarara, Lombok Tengah. Perjuangannya lumayan juga sih si Arul. Rumah dia di Praya Lombok Tengah, jemput aku di Kediri Lombok Barat, terus kita balik lagi ke Kampung Tenun di Lombok Tengah. Untung dia nggak lagi darah tinggi. Hehehe.

Kami pakai GPS karena Arul juga belum pernah kesana. Di Jalan Kampung Tenun, banyak banget rumah yang berjajar dengan plang bertuliskan “Kain Tenun Khas Lombok”. Kami berhenti di salah satu rumah kecil. Ibu penjualnya nggak terlalu mengikuti aku. Arul ngobrol dengan bahasa sasak yang tentunya walaupun nggak bisa balas omongan, aku paham dengan apa yang dibicarakan. Aku malah dibilang tamunya Arul. Waduh! Singkat kata, sebenarnya ada satu kain yang aku suka, tapi belum berani tanya harga, jadi aku pamit cari tempat yang lain.

Nggak jauh dari toko itu, ada Toko Karunia yang nggak terlalu besar, tapi punya lahan parkir cukup luas. Di depan toko juga ada ibu-ibu yang sedang menenun. Eh, Arul malah nggak sengaja ketemu sama temannya yang kerja di toko itu. Aku sambil bayangin, kalau aja Arul nggak ke Malang, mungkin hari ini dia lagi jaga toko kain sambil pakai sarung kaya yang dilakukan temannya itu. Ah, lucunya.
Ibu-ibu menenun kain tenun ikat.

Melihat ibu-ibu menenun dengan sangat cekatan, sebenarnya aku pengen coba juga, tapi nggak berani. Untungnya Arul tanya dan ibunya langsung nyuruh aku cobain. Asik! Ternyata susah banget. Melakukan sesuatu yang bukan kebiasaan emang susah pwol ya. Haduh, sampai pengen pingsan! Di masukkan satu benang dari sisi kanan, di keprak-keprak biar ikatannya kuat, ganti masukkan sisi kiri dan seterusnya. Belum lagi badan dijepit seperti dipasung biar ikatan kainnya nggak longgar. Aku tuh lapar, huhu! Proses pembuatannya juga butuh waktu yang cukup lama. Satu lembar kain ukuran 2 meter bisa menghabiskan waktu 1-3 bulan. Hwah!


Beberapa pilihan kain tenun ikat di Toko Karunia, Kampung Tenun Sukarara.

Selanjutnya, kami masuk. Teman Arul tadi nemenin kami lihat-lihat kainnya sambil sesekali kasih penjelasan. Ada kain yang warna dan motifya nggak jauh beda dengan yang aku suka di toko sebelah. Tapi harganya masya Allah! “800 dah kamu ambil ya”, katanya dengan logat sasak. Buset! Aku cuma bisa mbatin sambil ngelirik Arul yang lagi senyum ngeledek gara-gara dengar harganya. “Kalau mau yang lebih murah, yang itu aja”, kata masnya lagi. Aku geleng-geleng, kalau yang murah bisa aku bisa beli di online shop.

Arul melihat-lihat  berpose dan minta difoto.

Sebenarnya aku paham banget kalau harga kain tenun ikat memang mahal, tapi aku nggak benar-benar percaya kalau akhirnya aku datang dan mendengar langsung. Kisaran harganya adalah Rp. 800 ribu–Rp. 2 juta untuk tenun ikat. Tergantung motif dan benang yang digunakan. Kalau untuk kain tenun cap yang sering dipakai jadi properti mbak-mbak instagram buat selimut itu harganya Rp. 150-200ribu. Bedanya jauh ya! Hehehe.

Akhirnya, aku pilih kain tenun ikat yang aku suka sejak awal. Motif subahnale katanya. Nama motif kain tenun ikat ini berasal dari kata Subhanallah. Subahnale adalah motif tenun ikat pertama di Lombok. Katanya sih, dulu pas ibu-ibu mulai menenun, saking sulitnya pengerjaan, mereka lelah dan menyebut nama Allah. KZL kali ya! Dan voilaaaaa, jadilah motif subahnale ini untuk tenun ikat lombok. Horeeee.

Awalnya aku nggak percaya dong tentang sejarah itu, aku sampai browsing dulu untuk memastikan apa benar yang dibilang masnya. Lha habisnya, si mas cerita keputus-putus kaya nggak yakin gitu. Ternyata, Ibunya Arul pun membenarkan. Katanya, subahnale emang motif paling oke. Jadinya yaa, yaudah deh. Itung-itung apresiasi usaha kecil dan pelestarian budaya. Kan nggak setiap hari juga beli kain tenun.

Keseruan selengkapnya bisa di tonton disini

Eh aku mau pakai #BelajarPakaiTenun dan #BanggaPakaiTenun ah!
Kamu gimana?

Komentar

  1. Trading online Terpercaya Hashtag Option
    Kami menawarkan platform untuk sahabat trader yang ingin berinvestasi, Platform Trading Forex berbasis di Indonesia.

    Jika anda binggung mencari broker, anda bisa bergabung bersama kami
    Dengan modal kecil anda bisa berinvestasi dengan keuntungan hingga 85%

    Yukk!!! Segera bergabung di https://tinyurl.com/yc9xxzj9
    Hashtag Option trading lebih mudah dan pengalaman trading yang light.
    Nikmati payout hingga 85% dan Bonus Depo pertama 10%** T&C Applied dengan minimal depo 50.000,- bebas biaya admin

    Proses deposit via transfer bank lokal yang cepat dan withdrawal dengan metode yang sama
    Anda juga dapat bonus referral 1% dari profit investasi tanpa turnover......

    Rasakan pengalaman trading yang luar biasa!!!

    BalasHapus

Posting Komentar