REVIEW: INTERCITY HOTEL, SEOUL KOREA SELATAN

A night view from Intercity Hotel's room.

Seperti biasa, dengan kekuatan Travel*ka, aku menemukan nama Intercity Hotel, Seoul. Sebagai generasi millenial, mempertimbangkan sesuatu atau banyak hal dengan koneksi internet adalah hal wajar. Bahkan favorit!

Dapat rezeki untuk tinggal di Intercity Hotel adalah sebuah kesempatan emas. Kayaknya, ini adalah hotel dengan fasilitas terlengkap yang pernah aku tinggali sejak kecil. *Kibas rambut*

Aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengan lobby-nya. Nggak besar, nggak glamour, tapi manis. Oppa resepsionisnya juga ganteng maksimal! Hehehe. Di lobby, bersebrangan dengan meja resepsionis, ada kursi dan meja seperti bar yang lucu kalau dijadikan spot bertofo. Itu aja sih, selebihnya biasa. Hehe.

Bedroom : Intercity Hotel, Seoul

Untuk menginap disini, per malam-nya diperlukan KRW 62ribu atau setara Rp. 800ribu-an/malam. Setelah masuk kamar, aku menilai awalnya biasa aja. Hanya ada semacam pintu lemari kayu cukup panjang, 2 bed, televisi dan kursi santai  (yang lebih berfungsi sebagai jemuran). Tapi, setelah aku buka deretan lemari itu, aku lebih jatuh cinta lagi! Ternyata isinya adalah kitchen set, mulai microwave, kulkas, kompor listrik (non-api), wastafel dapur, rak sepatu dan kamar mandi yang dipercantik dengan wastafel berbentuk bunga warna merah. Satu lagi, ada mesin cuci juga loh! Untuk sabun cuci cair sudah tersedia di kamar mandi. Tapi kalau kita mau request yang serbuk juga bisa. Nanti, petugasnya sendiri yang akan mengantarkan ke kamar kita. Asal nggak bingung ngomongnya aja sih.

Fasilitas di standard room Intercity Hotel.
Shower room.

Kasurnya nggak terlalu empuk, tapi nyaman. Ada penghangat ruangan di dalam kamar yang bisa berubah menjadi AC saat musim panas. Untuk hotel di negara 4 musim, rasanya emang wajib punya penghangat ruangan. Kalo nggak ya tamunya bakal mati konyol, bray!

Nggak seperti hotel di Indonesia yang punya tanda kiblat, disini kita harus buka kompas sendiri untuk tahu arah kiblatnya. Atau mau pakai ilmu bulan? Wadaw.

Selain banyak hal menyenangkan yang aku sebutin tadi, ada juga hal menyedihkan. Sayangnya, breakfast-nya benar-benar nggak bisa di deskripsikan. Gara-gara breakfast disini, aku jadi mikir kalau semua makanan korea itu kekurangan micin! Menunya nggak berubah sama sekali selama 3 malam aku menginap disini. Yang lebih parah adalah semua makanan di hotel rasanya hambar. Asin nggak, pedes nggak, manis juga nggak. Makan di korea yang bukan negara mayoritas berpenduduk muslim emang harus hati-hati. Sebenarnya ada sosis di menu bufe, aduh kelihatannya enak banget, tapi sebelum sempat makan, ada yang bilang kalau itu pork, batal deh aku makan sosis. Nah disebelahnya sosis, ada sejenis kekian, bentuknya mirip tempura bulat-bulat. Aku ambil dong, pas aku coba rasanya paling tasty diantara semua makanan yang disajikan.

Breakfast menu.
Dessert.

Eh, pas lagi enak-enaknya makan, tiba-tiba aku kepikiran. Ini pork juga nggak ya? Waduh, mana kalau udah ragu gini jadinya haram. Jadi aku memutuskan buat nanya ke salah satu waitress-nya. Nggak langsung dijawab tuh, dia harus telpon temannya dulu. Setelah diskusi panjang, barulah ada jawaban kalau itu pork. Aku langsung stop makan dan ganti ke menu lain yang sekiranya lebih aman. Aku makan roti panggang dan sereal sambil berdo’a “Ya Allah, ampun!”. Hahaha.

Restoran di Intercity Hotel ini unik menurutku. Karena beda dari restoran hotel yang umumnya di satu ruangan besar dengan banyak meja-meja bulat. Disini, bufe disajikan persis di depan lift lantai 14 (lantai khusus breakfast). Setelah mengambil makanan, kita bisa masuk di ruangan-ruangan (sepertinya kamar yang dialihfungsikan jadi ruang makan) yang bertuliskan resoran 1, restoran 2 dan seterusnya. Aku lupa sampai berapa restoran tulisannya. Nah, di ruangan berjudul restoran itulah tempat kita makan. Disana sudah disiapkan meja dan kursinya.

Pokoknya, di lantai 14 kita harus benar-benar explore! Karena appetizer, maincourse, dan dessert letaknya berjauhan. Aku juga nggak ngerti mereka ini dapat konsep darimana. Aneh-aneh aja ya?

Tapi, ada satu yang paling aku suka. Di hotel ini, setelah kita selesai breakfast, kita harus merapikan sendiri alat makan yang udah kita pakai. Nggak sampai cuci piring sih, tapi minimal meja bersih lagi dan langsung siap dipakai orang lain untuk bergantian makan disana. Cool!

Menu breakfast yang ada disana antara lain 3 jenis sup yang rasanya aneh-aneh semua. Aku juga udah lupa nama supnya, satu yang paling aku ingat adalah miso sup yang getir banget dilidahku. Ada juga spaghetti yang disajikan terpisah dengan saus tomat yang nggak punya rasa lain selain asam banget! Sosis (tidak halal), tempura bulat yang aku ceritakan tadi, scramble egg, nasi goreng hambar, kentang hambar. Hambar ini menurut lidah Indonesia loh ya!

Bread Corner.

Ada salad sayuran juga dengan pink mayo. Serealnya terdiri dari corn flakes dan choco crunch dengan susu segar. Ada juga roti, kalau mau dipanggang juga bisa! Sayangnya selainya cuma ada selai strawberry, jadi buat yang nggak suka selai kayak aku, pakai butter cream aja cukup. Hehe.

Oh iya, siap-siap pakai bahasa tubuh atau kamus korea ya! Karena susah banget ngomong bahasa inggris sama mereka. Untung aja temanku suka nonton drama korea, ada gunanya dikit-dikit. Hehe.

FYI, Intercity Hotel Seoul ini dekat dengan counter innisfree, make up korea yang jadi idaman wanita Indonesia saat ini! Terus, dekat juga sama CU minimarket yang jualan susu pisang. Biasanya aku nongkrong di minimarket, makan samyang sama minum susu. Lumayan lah, menghemat won daripada makan di restoran.

Mau cobain nggak?

Komentar