House of Sampoerna |
Dari namanya, harusnya kamu udah bisa menyimpulkan kemana aku
pergi. Iya, House
of Sampoerna adalah sebuah museum rokok Sampoerna yang terletak di
sekitar daerah Tambak Gringsing, Surabaya. Lokasi tepatnya mungkin akan lebih
akurat kalau di search di google,
ya. Insya Allah nggak akan nyasar!
Buat kamu yang masih bertanya-tanya “Loh? Ada ya museum rokok?”
Jawabnya “iya, ada. Kamu nggak salah baca.”
Ini adalah kali kedua aku datang ke House of Sampoerna.
Dulu, teman SMA-ku dengan iseng mengajak main-main kesini. Dia bilang ini
adalah museum rokok. Awalnya aku juga heran, ngapain dibikin museum rokok?
Jelas-jelas ada slogan “merokok membunuhmu”. Kenapa nggak bikin museum-museum
yang lebih bermanfaat kayak Museum Angkut atau Museum Tubuh seperti punya Jatim
Park? Waduh! Beda segmentasi pasar sih kayanya. Hehe.
Stop dulu semua pertanyaan itu. Aku mau cerita.
Hari itu sebenarnya aku dan tiga orang temanku lagi riset lokasi
untuk proses shooting yang
akan digarap di Surabaya. Alhamdulillah kami dapat kepercayaan buat mengerjakan
sebuah video promo di Surabaya. Nah, singkat cerita, saat kami riset lokasi di
daerah Tambak Gringsing, kami lewat jalanan tersebut dan akhirnya kepikiran
untuk main-main sekalian. Mumpung dekat, sikaaat!!
Salah satu sudut di House of Sampoerna |
Untuk masuk ke
dalam museum ini, kita tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun. Mulai dari
parkir, hingga masuk dan berfoto-foto, bahkan kalau kamu beruntung, kamu bisa
ikut tur keliling Surabaya dengan sebuah mini bus yang disediakan di House of Sampoerna selama kurang lebih satu jam perjalanan.
Dari segi bangunan, House of Sampoerna memiliki
gaya arsitektur yang cukup menarik. Ada dua pilar besar yang berdiri di depan
pintu utamanya. Halamannya cukup luas, tidak begitu rindang tapi masih ada
beberapa pohon besar yang berdiri. Dari parkiran motor, terlihat sebuah mobil
tua parkir di samping gedung museum. Dulu, aku pernah foto disana. Hari ini,
nggak aku lakukan lagi. Pengen cepat-cepat masuk dan ngadem. Hehe! Disana
terdapat beberapa bangunan gedung lain yang tentunya juga milik Sampoerna. Ada
cafe, dan galery seni disana.
Dari pintu masuk utama museum, kita bisa langsung masuk dengan
menunjukkan KTP atau kartu identitas lainnya yang akan diperiksa oleh petugas check in. Selanjutnya,
kamu bisa sepuasnya melihat-lihat dan membaca apa-apa yang ada disana. Foto
sepuasnya, serbuuuuu!!!
Gaya sok iye depan gerobak Dji Sam Soe. |
Jujur, aku mungkin
termasuk cewek yang nggak lazim. Disaat banyak gadis-gadis lain nggak suka
aroma rokok, aku justru sangat suka! Menurutku, bau tembakau itu harum, kecuali
kalau sudah dibakar, baru jadi beda. Tapi ya, tulisan ini nggak bermaksud
menghakimi setiap perokok yang ada di bumi sih, urusan masing-masing sajalah
kalau itu. Hehe.
Di dalam museum ini, pastinya banyak hal yang akan semakin mendekatkan
kita dengan pengetahuan tentang rokok. Aku sangat menikmati setiap sudut yang
ditawarkan House
of Sampoerna. Banyak foto-foto, mulai dari silsilah kepemilikan perusahaan
Sampoerna, jenis-jenis tembakau yang diproduksi, alat pembuatan rokok, hingga
jajanan oldschool yang akan buat kita bernostalgia dengan masa kecil.
Alat pembuatan rokok tradisional |
Lihat-lihat banyak barang peninggalan jaman dulu, ditambah aroma
tembakau, itu asik banget. Sungguh! Aku bukannya addict terhadap
rokok, tapi memang nyatanya begitu. Dari lantai satu, ada masing-masing satu
tangga di sisi kiri dan kanannya untuk naik ke lantai dua. Disana, kita tidak
boleh sembarangan memotret dan merekam video. Harus ijin dulu kalau mau foto di
lantai dua. Berbeda dengan pemandangan lantai satu, di lantai dua kita lebih
disuguhkan dengan deretan oleh-oleh berupa sandang, patung-patung, dan beberapa
cinderamata handmade.
Sepertinya limited edition!
Di lantai dua ini pula, kita bisa melihat pegawai pabrik rokok
memproduksi rokoknya. Ruangan di lantai dua cukup besar, dibatasi oleh tembok
kaca. Kita bisa melihat produksi rokok di lantai satu melalui tembok kaca
lantai dua.
Kadang aku jadi berpikir, kayaknya aku yang mahasiswa ini belum
tentu bisa punya duit sebanyak ibu-ibu yang maaf, mungkin kita cuma menyebut
“buruh pabrik” tapi berpenghasilan banyak. Kadang aku takut. Tapi, seorang
teman pernah berusaha menjelaskan bahwa kadang yang kita cari bukan cuma uang
yang banyak, tapi pengakuan diri. Kita pasti mau dianggap lebih tinggi
derajatnya dari sekedar buruh walaupun kadang penghasilan tak sebesar mereka.
Nggak perlu takut, hanya perlu berusaha lebih keras dan berdoa lebih tekun.
Benar, aku setuju!
Cheers!!!!!! |
Ah! Malah curhat. Sudah ah.
Semua sudut ruangan sudah puas kami foto. Akhirnya kami menuju
samping luar gedung museum dan mencari spot foto
lain. Makhlum, anak muda kebanyakan kerjaan. Hiburannya ya cuma foto-foto.
Terus, kalau ditanya apakah tempat ini recomended?
Menurutku iya. Jangan cuma pandang ini adalah museum rokok, ah! Tapi, coba
lihat pengetahuan yang bisa kita dapatkan, dan spot foto yang Surabaya banget.
Kalau mau, sini cobain!
Komentar
Posting Komentar