Sebelum satu per satu anggota keluarga tak lagi tertulis di KK,
Entah karena menikah atau kembali pada semesta.
Traveling adalah sebuah hal yang menyenangkan. Bukan cuma untuk bersenang-senang, tapi juga untuk menambah wawasan. Terlebih jika kita traveling bersama keluarga, kemungkinan besar kedekatan akan semakin terjalin saat dan bahkan setelah traveling. Tapi sebelum itu, kita harus cukup jeli menentukan spot untuk liburan bersama keluarga.Mendengar kata keluarga, berarti bukan cuma anak muda saja, tapi juga orang tua. Pasti segala yang berat dan memacu adrenaline seperti yang saya suka tidak bisa dilakukan bersama, jadilah sesuatu yang fun dan ringan menjadi pilihan perjalanan.
Itulah alasan kami memilih untuk berkunjung ke Desa Adat Penglipuran. Desa ini berada di desa Kubu, Kab Bangli, Prov Bali. Untuk berkunjung kesana, pastikan kamu membawa kendaraan sendiri, bolwh kendaraan pribadi ataupun rental, asal jangan ilegal. Hm, ngelucu!
Jangan khawatir tersesat, di jaman serba modern ini ada GPS yang akan menuntun dengan senang hati. terlebih mbak-mbak GPS juga baik banget kan nggak pernah marahin kamu. Hehe. Masih ragu? Ada masyarakat sekitar yang bisa ditanya selama di perjalanan. Saya sih nggak merasa kesulitan. I swear, lokasinya gampang buanget ditemukan.
Desa Adat Penglipuran. |
Atau pilihan lainnya adalah dengan ikut paket tur yang memasukkan Desat Adat Penglipuran sebagai salah satu jadwal tur. Opsi ini cocok buat kamu yang ingin mendapatkan ilmu tambahan selagi jalan-jalan. Karna seorang pemandu pasti akan berjalan disa pingmu sambil menjelaaskan seluk beluk sebuah tempat wisata. Nggak kayak saya yang sibuk nanya-nanya ke Bapak penjaga warung dan browsing tipis-tipis.
Harga tiket masuk cukup terjangkau, untuk anak-anak dikenakan Rp. 10ribu dan orang dewasa Rp. 15ribu. Pas masuk kawasan, udaranya yang sejuk nusuk-nusuk sudah bisa kita rasakan. Sialnya saat saya disana, hujan turun deras buanget! Alhasil saya pun neduh di sebuah warung (a.k.a yang saya tanya-tanyai tentang desa ini).
Namanya saja desa adat, kekentalan adat budayanya masih amat sangat terasa. Mulai dari rumah yang benar-benar tradisional, pakaian, hingga minuman khas dari bali yang sempat saya cicipi. Namanya loloh cemcem, loloh teleng dan Loloh Temu. Ketiganya dijual dengan harga Rp 5-6ribuan di dalam botol sekitar 600 ml.
Saya sih paling favorit saya loloh teleng yang warna ungu. Aromanya harum banget kaya kembang kuburan, eh ngga ding! Rasanya juga paling nikmat. Kalau Loloh Temu, mungkin sebagian dari kita sudah pernah mencicipi. Rasanya nggak beda jauh dari jamu Temulawak, hanya saja yang ini lebih pahit dengan sedikit gula. Entah kenapa, loloh cemcem punya rasa paling aneh, aneh banget malah. Pahit, sengak gimanaaaa gituuuuu. Huek! Nggak bisa jelasin.
Loloh Teleng, loloh Temu, Loloh Cemcem |
Saya sih paling favorit saya loloh teleng yang warna ungu. Aromanya harum banget kaya kembang kuburan, eh ngga ding! Rasanya juga paling nikmat. Kalau Loloh Temu, mungkin sebagian dari kita sudah pernah mencicipi. Rasanya nggak beda jauh dari jamu Temulawak, hanya saja yang ini lebih pahit dengan sedikit gula. Entah kenapa, loloh cemcem punya rasa paling aneh, aneh banget malah. Pahit, sengak gimanaaaa gituuuuu. Huek! Nggak bisa jelasin.
Karena kekentalan adat dan budaya, Desa Adat Penglipuran sering dijadikan lokasi syuting FTV di salah satu stasiun loh. Sebagai penggemar FTV sejak SMP, pastinya saya paham banget! Sayangnya belum banyak yang berminat untuk berkunjung ke Desa Adat Penglipuran. Kebanyakan pengunjungnya adalah wisatawan mancanegara. As we know sih ya, yang lebih excited "ketemu" adat dan budaya kan memang orang barat daripada orang kita.
Bule lagi jalan-jalan ditengah hujan. |
Berlama-lama di desa Adat Penglipuran pasti membuat kita betah, selain udara yang sejuk, saya seperti sedang berada di rumah sendiri dan ngobrol di teras rumah tetangga. Warganya tidak dingin, mereka menyambut ramah kedatangan kami. Kalau kamu ingin bermalam disana, salah satu rumah disana disewakan untuk homestay. Bahkan beberapa orang menjual suvenir khas Bali di rumahnya. Jangan ragu untuk mampir, menyapa dan sesekali membeli sesuatu yang mungkin anda cari untuk meningkatkan perekonomian di Desa Adat.
FYI, tidak ada yang membayar saya untuk menuliskan ini, tapi salah satu tujuan saya traveling adalah untuk membantu perekonomian daerah yang semakin menyurut ini. Kalau kamu berkunjung kesana atau ke tempat lainnya, jangan lupa berinteraksi dan memberi walau hanya seribu rupiah ya.
Yuk, traveling!
Bgs ya desanya :) .. Berasa sepi dan bikin adem bgt mba.. Dan aku penasaran bgt pgn rasain minuman2 di atas :D
BalasHapusHarus coba mbak, sejuk banget. Masih termasuk dataran tinggi soalnya. Minumannya juga banyak yang di kulkas, jadi makin sueeger banget :)
HapusAjakin travelling juga ca
BalasHapusAyok masyol pulang dong jangan di negara orang muluk :((
HapusSeneng sih kalau tinggal di desa indah kayak gitu, apalagi desanya adem.
BalasHapusBanget mas, diatas gunung. Yuk kapan-kapan kesini bareng!
HapusDesa Penglipuran memang sudah dikenal keindahannya. Selain itu juga bagaimana rasa nyaman kala di sana. Menyenangkan untuk saling berbagi pengalaman :-)
BalasHapusCocok banget buat yang suka kesunyian ya mas hehe
HapusWih, masih keliatan perkampungan banget ya. Masa sih, itu tempat sering dijadiin tempat syuting ftv? Yang main siapa ya?
BalasHapusHiiiii :(((( aku yang main wkwk
Hapuswuih bener-bener kayak foto yang ada di akun-akun travel instagram gitu ya kak, apalagi abis ujan suasananya jadi makin syahdu. duh kudu kesana deh keknya kalo ke Bali
BalasHapusNyindir parah sih ini feeerrrr :( yuk ke Baliiiii
Hapus