NOSTALGIA PASAR MALAM

Apakah kamu termasuk orang-orang yang gemar bermain wahana yang memacu adrenaline  seperti di Dufan? Kalau iya, saya yakin sebagian dari kamu sebelumnya punya sarana “berlatih” di masa kecil, Pasar Malam. Di kebanyakan tempat, pasar malam tidak hanya berupa pasar yang beroperasi di malam hari, namun juga menyediakan beragam permainan anak-anak seperti pesawat putar, komedi putar, kereta kelinci, mandi bola, hingga bianglala mini.

Lebaran sudah hampir usai, tapi liburan belum selesai. Malam itu saya agak nganggur. Beres-beres rumah sudah, setrika sudah, kupas-kupas bawang bombay juga sudah. *Banyak kerjaan ya!* Tring! Ahaaaa ada ide! Ke pasar malam saja deh. Saya langsung njingkat dari tempat tidur ngajakin mama main. Eh, nggak lama keponakan saya yang baru mau masuk SD datang habis main di rumah tetangga. Ya sudah deh sekalian diajak, masa iya ditinggal?

Suasana Pasar Malam

Malam ini saya bernostalgia di pasar malam yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah. Pasar Malam ini sebenarnya adalah Terminal bus Trans Sidoarjo dan angkutan umum lainnya di pagi hingga sore hari. Saat malam tiba, Terminal langsung “berubah” bentuk menjadi pasar malam yang menjajakan makanan ringan hingga berat, pakaian, stiker, gerabah, jam tangan hingga handphone dan aksesorisnya, lengkap sampai permainan anak-anak seperti odong-odong dan sebagainya.  Orang di sini sering menyebut dermulen untuk istilah pasar malam yang menyediakan fasilitas permainan.

Pernah beberapa tahun lalu (kayaknya masih SMP), saya ke Pasar Malam. Saat itu permainan masih sangat lengkap. Ada kora-kora mini, pesawat yang berbentuk lingkaran melebar kesamping dan berputar sampai miring-miring dan buaanyak lagi permainan putar lainnya. Favorit saya sih Ferish Wheel yang sudah lumayan gede untuk ukuran pasar malam.  Jalannya woles, santai saja begitu melihat pemandangan Pasar Porong yang nggak terlalu keren, tapi asik loh. Serius!

Hebatnya, permainan disini nggak dioperasikan menggunakan mesin listrik atau tenaga bensin, tapi mesin manual. Iya, pakai tenaga manusia. Pernah saya naik perahu berayun seperti kora-kora kalau di Dufan. Perahu bertempat duduk susun dikedua sisinya. Dibagian tengah juga diisi tempat duduk yang datar. Penumpang  naik satu persatu memilih tempat duduk di kapal, saya kebagian tempat duduk yang cukup tinggi dan dipinggir. Hadeuh. Keseimbangan antara kedau sisi diatur dan harus pas. Mas-mas yang jaga kapal nggak segan marahin penumpang yang susah diatur loh.  Setelah itu ada mas-mas yang naik ke besi penyangga untuk mencari titik tumpuh dan..... 1, 2, 3.... wussshhhhh! Kapal didorong dengan sekuat tenaga membuat kami terhempas sampai hampir 180 derajat! Gilanya, semua dilakukan tanpa safety belt J.

Jangan dicontoh! It’s totally dangerous!

Saya aja ngeri-ngeri sendiri kalau ingat jaman dulu. Kok ya mereka “nekat” banget cari duit dengan berani menjamin nggak akan terjadi kecelakaan. Memang sih, sampai Pasar Malam berakhir pun (alhamdulillah) nggak ada korban, dan jangan sampai sih. Tapi kan itu beresiko banget. Memang dasarnya saya suka buangeeet kalau diajak main yang memacu adrenaline begitu. Asik aja bikin kaki gemetar dan jantung berdebar bahkan terasa berhenti sepersekian detik. Tapi kok ya saya berani dilempar-lempar tanpa pengaman waktu itu. Hiiiiyyyyy!

Sayangnya, pasar malam yang cukup gede dengan banyak permainan asik itu sudah jarang ditemukan disini. Beberapa yang tersisa hanya odong-odong, mobil offroad anak-anak dengan arena yang nggak menantang sama sekali. Ada juga tempat pemancingan yang menggelar plastik berangin yang didalamnya diisi ikan-ikan mainan dengan magnet di bagian mulut atau mata. Ada tongkat pancing yang sudah dilengkapi dengan magnet juga, kemudian diceburkan untuk mengail ikan. Harganya cukup terjangkau, berkisar antara Rp. 5 ribu - Rp. 10 ribuan saja untuk tiap permainan. Masih ditambah bonus bebas pilih hadiah setelah bermain pancing-pancingan. Saya ikutan nyobain dong! Hehe.

Pancing Ikan
Pilihan hadiah setelah main Pancing Ikan

Sayangnya lagi (ciye alasan aja pengen manggil sayang), permainan ini cenderung sepi pengunjung. Saya juga nggak tahu kenapa. Mungkin anak-anak lebih senang main timezone di mall, pergi ke playground atau rumah balon yang melembung dan mental-mental itu. Keponakan saya sih suka main semua, asal diajakin aja langsung iya. Ribetnya kalau udah ngambek. Ya Tuhan rasanya saya pengen makan ceker! Halah nggak ada hubungannya.

Eh ngomongin ceker, di pasar malam ini juga ada yang jual ceker loh! Seorang bapak yang membawa motor dengan gerobak di boncengan belakangnya nggak berhenti menyiduk kaki ayam untuk pembeli yang datang silih berganti. Gerobaknya bertuliskan ceker setan dengan logo setan yang pakai sungu sambil nyegir. Sungguh imut sekali setannya!

Saya ngibrit aja ke gerobak ceker ninggalin keponakan saya yang asik main pancing-pancingan. *dasar tante jahat, plak!* Seporsi dibandrol Rp. 5 ribu berisi 6 ceker yang kueeciilll dengan kuah yang nggak pedas-pedas banget. Hiyaaaa pantas saja logo setannya nyengir lucu, lha wong nggak pedas begini! Duileehhh setan junior. Tapi kalau boleh jujur, rasanya cukup tasty kok, cekernya lembut, bumbunya nggak buruk-buruk banget walaupun nggak ada daun jeruk yang bikin harum. Kurangnya cuma satu sih menurut saya, kurang banyak, nasi panas sama kerupuk! Eh nggak jadi kurang satu dong ya? Hehe.

Satu Porsi Ceker Setan

Sebenarnya, saya sih pingin nyobain jajan yang ada di pasar satu per satu, tapi kan saya lagi, ehm program diet, jadinya saya nggak makan banyak-banyak. Nanti deh ya kalau udah langsing. Saya ajakin wisata kuliner yang lebih “niat” dari makan ceker di pasar.

Nih saya kasih lihat beberapa permainan yang ada di Pasar Malam di Porong, Sidoarjo.

Odong-odongnya sepi banget. Kasian ya Bapaknya jadi diam saja.

Mandi bola yang super kecil seukuran gerobak sayur!

Kereta kelinci.

Ini seperti playground.

Arena mobil offroad mini
Kalian sering-sering dong main ke pasar malam. Biar bapak sama Ibu yang jaga permainan balik modal dari beli alat-alat permainannya. Siapa tahu mereka kredit, kan lumayan bisa bayar cicilan dan cepat lunas. kalau suka makan, ya coba deh sekali-kali ke Pasar Malam, cobain jajanan masa kecil yang beberapa sudah dimodernisasi. Salah satu cara berbagi dengan sesama loh itu. Kalau nggak mau ngasih pengemis, setidaknya kita beli dagangan orang yang sudah berusaha jualan, bukan minta-minta. Eh postingan ini kok jadi mirip iklan LAZISMU ya? Hehe.

Eh anyway, kalau pasar malam masa kecilmu gimana? Kamu suka jajan dan naik permainan juga nggak?

Komentar

  1. Kalo di Lombok, itu sebutannya Rona-rona, tapi sejak aku smp mungkin ya uda ga ada lagi yang kaya gitu...

    Brijing ke ceker mantap juga ya bu penyiar wkwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, jangan sebut penyiar dong! Brijing ancur yaaa. maapkan wkwk

      Hapus
  2. Perahu yang dimaksud itu kalau di Jogja namanya Kora-kora. AKu pernah duduk paling ujung, dan sampai sekarang gak bakalan mau naik itu lagi hahahahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener, di Dufan juga kora-kora mas, kalo disini perahu mini.
      Eh asik tau mas! Saya aja suka banget dan pengen terus. Hehehe

      Hapus

Posting Komentar