Gudeg 32.000, Es teh 5000 |
Jogja, daerah teristimewa yang daya tariknya nggak pernah surut oleh
derasnya arus globalisasi. Tempat yang memiliki beragam alasan untuk selalu
datang dan kembali. Terutama buatku. Berkunjung ke Jogja,
nggak lengkap rasanya tanpa membawa pulang bakpia dalam genggaman tangan. Eits,
tapi nggak cuma bakpia loh. Masih banyak makanan khas Jogja yang sebenarnya
sudah mainstream namun terus menjadi idola.
Akhir april kemarin, aku dapat kesempatan
untuk berkunjung ke Jogja, namun gagal merealisasikan apa yang aku rencanakan.
Hingga di awal Mei aku mendapat kesempatan lagi. Nggak bakalan aku sia-siakan. Waktuku
hanya satu hari. Bukan, setengah hari tepatnya. Setelah maghrib aku dan
teman-teman langsung menuju Malioboro. Aku memesan Gudeg, Ayam Goreng dan segelas
es teh. Gudeg dengan rasa khas yang manis tidak begitu tasty dilidah. Rasanya, bumbu yang diracik
kurang mantap. Namun cukup terobati dengan ayam goreng dan nasi yang masih
panas. Tahunya dimasak dengan pas. Cocok digunakan sebagai pelengkap. Karena
sudah sangat rindu dengan Gudeg, aku terpaksa menikmatinya di sana demi menghemat
waktu. Buat kalian yang punya banyak waktu atau sedang berhemat, aku nggak menyarankan untuk makan
gudeg di Malioboro. Selain harganya yang mahal, rasanya pun tak seberapa nikmat
di lidah. So so lah.
Setelah itu kami menikmati sejenak jalanan Malioboro.
Sedikit berbelanja. *Ups banyak berbelanja maksudku, hehe. Jalanan malioboro
memang begitu mudah mengambil hatiku. Banyak pejalan kaki. Pedagang yang
menjajakan dagangan. Indahnya langit malam itu terpadu dengan mereka yang
bersuka cita seperti mengiyakan bahwa Jogja memang istimewa.
Nggak lama setelah itu kami berpindah ke dekat stasiun tugu. Ketebak pasti. Iya, aku mengunjungi salah satu angkringan Kopi Joss. Aku memesan kopi joss dan beberapa sate-satean seperti sate telur puyuh, sate usus, tempura, sosis dll. Kali ini zonk. Tahun lalu aku mencicipi sate-satean yang tersaji dengan hangat. Kali ini aku kurang beruntung karena pembakarnya sedang rusak, jadi terpaksa menikmati sate-satean yang dingin dan keras. Untungnya, kopi joss membayar kekecewaanku. Rasa yang sebenarnya sama seperti kopi hitam pada umumnya, ditambahkan arang panas hingga menimbulkan bunyi "Jossss" ketika dimasukkan kedalam segelas kopi. Rasanya tidak begitu manis namun aku cukup menikmati hangatnya.
Hampir sama dengan kebanyakan angkringan
lainnya. Tempat yang terletak dipinggir jalan stasiun Tugu Jogjakarta tersebut nggak pernah kehilangan
pelanggan. Laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, semua
silih berganti duduk di emperan jalan yang beralaskan terpal tersebut. Cerita nggak pernah habis untuk
dibagikan kepada rekan. Begitupun mereka yang menyantap nasi kucing bersama.
Keramahan pelayan yang sesekali bersenda guraupun menambah lengkapnya
persaudaraan.
Entah mengapa, Jogja selalu sulit untuk
dilupakan bersama dengan sejuta kenangan yang terbentang.
Selamat berkunjung ke Jogja dan menikmati
setiap detiknya di daerah istimewa.
Komentar
Posting Komentar